Rabu, 23 Mei 2012

Iklan dalam Surat Kabar #tugas


Pada hakikatnya, iklan merupakan pesan yang disampaikan oleh komunikator kepada komunikan. Pengertian ini sama dengan pengertian komunikasi sendiri. Iklan yang baik seharusnya bisa memenuhi 3 kriteria, yaitu dapat menimbulkan perhatian, menarik dan dapat menimbulkan keinginan.
Dalam Advertising Exellence yang ditulis oleh Arens (dalam Ratna Noviani, 2002), iklan adalah sruktur informasi dan susunan komunikasi non personal yang biasanya dibiayai dan bersifat persuasif, tentang produk (barang, jasa dan gagasan) oleh sponsor yang teridentifikasi melalui, berbagai macam media.

I. Sejarah Iklan
Iklan sudah ada sejak jaman dahulu. Sebelum mengenal tulisan dan teknologi cetak, cara mengiklankan barang dilakukan dengan pembicaraan dari mulut ke mulut. Namun ternyata di Pompeii ditemukan bukti – bukti adanya pesan komersial maupun politik di masa itu. Sedangkan di Mesir, Romawi dan Yunani menggunakan papyrus untuk menyebarluaskan berita tentang barang-barang tertentu, dan lain-lain yang ditempel di tempat strategis.
Baru pada tahun 1621, Gubernur Jenderal J. P. Coen menerbitkan Memorie de Nouvelles yang tulisannya masih berupa silografi (tulisan indah). Dan pada tahun 1744 terbitlah Bataviaasche Nouvelles yang sudah memakai teknologi cetak tinggi. Sebagian besar isinya berupa iklan perdagangan, pelelangan dan pengumuman resmi pemerintah Hindia Belanda. Dari uraian tersebut, dapat kita tarik kesimpulan bahwa iklan dan surat kabar  muncul dalam waktu yang bersamaan. Karena pada jaman itu, surat kabar kebanyakan berisi tentang iklan, dan lembaran iklan disebut dengan surat kabar. 
Pada tahun 1729, Benjamin Franklin mendirikan surat kabar iklan yang bernama Pensylvania Gazette. Dan pada tahun 1843, Volney Palmer mendirikan perusahaan periklanan pertama di dunia yang dibangun di Philladelphia, Amerika Serikat.
Iklan dibagi menjadi 2 kategori, yaitu iklan commercial dan non-commercial. Iklan non-komersial yang bertujuan sebagai public service bisa juga disebut dengan Iklan Layanan Masyarakat (ILM) yang berisi tentang ajakan atau himbauan kepada masyarakat untuk melakukan suatu hal demi kepentingan umum.
Iklan layanan masyarakat pertama kali diperkenalkan di Amerika Serikat pada tahun 1942 ketika dibentuk The Advertising Council (Dewan Iklan). Masa itu bersamaan dengan Perang Dunia ke II. Seperti yang dikemukakan Russel, J. Thomas and W. Ronald Lane (1988: 691) “...after the World War II showed that advertising could be a powerful tool for unifying the public and for effecting change in attitudes towards less clearly defined goals in peacetime.
Dewan iklan tersebut didirikan oleh American Association of Advertising Agency (4A), Associatin of National Advertiser (ANA), Magazine Publisers Associations (MPA), Newspaper Advertising Bureau (NAB), dan Outdoor Advertising Association (OAA).
Meskipun kajian tentang iklan mulai ramai dibicarakan pada masa Perang Dunia II, ternyata ketika perang dunia pertama berlangsung, iklan ternyata sudah digunakan untuk merekrut relawan. Seperti yang dikemukakan Mark Tungate (2007 : 23),
“With the outbreak of the First World War, advertising was used to attract the volunteers. In 1914 Lord Kitchener, the Minister of War, apearred on a poster urging young men to ‘join your country’s army’ with a steely gaze and a pointing finger. In 1917, the US army adopted an almost identical approach, with a stern Uncle Sam pointing the finger ‘I want YOU for US army’”.[1]
Di Indonesia, Iklan Layanan Masyarakat (ILM) dipelopori oleh biro iklan Intervista pada tahun 1968 yang mengangkat masalah tentang pemasangan petasan yang sedang marak saat itu. Kemudian pada tahun 1974 Matari Ad membuat iklan yang mengangkat makna hubungan orang tua dan anak. Salah satu ILM yang dibuat oleh Matari Ad yang dapat dikenang sampai saat ini yaitu iklan "Renungan Bagi Orang Tua" yang mengangkat puisi Khalil Gibran.

II. Sekilas Sejarah Surat Kabar

Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, munculnya surat kabar bersamaan dengan kemunculan iklan yang terorganisir. Banyak sumber yang mengakui Bataviaasche Nouvelles sebagai surat kabar yang pertama kali muncul. Kemudian pada tanggal 5 Agustus 1810 surat kabar kedua terbit dengan nama De Bataviasche Koloniale Courant oleh Daendles.
Namun dalam beberapa pendapat lain, surat kabar pertama yang terbit adalah koran Bromartani yang diterbitkan oleh Harteveld & Co di Surakarta menggunakan bahasa Jawa. Selain koran Bromartani, ada juga dua koran tertua lainnya yakni Soerat Kabar Bahasa Melayu, yang diterbitkan di Surabaya oleh penerbit E.Fuhri. Dan Soerat Chabar Batavie yang diterbitkan tahun 1858 oleh pengusaha Longe & Co. Kemudian disusul Selompret Melajoe di Semarang pada tahun 1860.
Pada era ini juga, di luar Jawa juga lahir sejumlah surat kabar antara lain Celebes Courant dan Makassar Handelsblad di Ujungpandang, Tjahja Siang di Manado, Sumatra Courant dan Padangsch Handelsblad di Padang. Sementara di Batavia juga lahir sejumlah koran. Yang paling popular yakni Bintang Betawi. Hanya saja koran-koran yang terbit pada masa awal sejarah pers tersebut kebanyakan dikelola kaum kolonial.
Bataviasche Koloniale Courant tercatat sebagai surat kabar pertama yang terbit di Batavia. Selanjutnya The Java Gouverment Gazette yang kemudian sering disingkat Java Gazette terbit pada 29 Februari 1812. Kemudian terbit surat kabar Berita Negara, surat kabar ini diterbitkan pada tahun 1828 dengan menggunakan nama De Bataviasche Courant. Pada tahun 1836 terbit surat kabar Soerabaijas Advertentie. Di Surabaya (1835) terbit Soerabajasch Niew en Advertentiebland. Sedangkan di Semarang terbit Semarangsche Advertentiebland dan De Searangsche Courant.
            Kemudian baru pada tahun 1900-an Dr. Wahidin Soedirohusodo menangani surat kabar Redno Dhoemilah dalam dua bahasa yaitu Jawa dan Melayu. Hal ini didasari setelah kolonial Belanda mengijinkan kaum Tionghoa mengelola media cetak. Orang-orang bumiputra baru mulai belajar mengelola koran setelah Tionghoa mulai menerbitkan surat kabar. Pada masa inilah mulai mengkampanyekan nasionalisme, pendidikan masyarakat, persamaan derajat dan budi pekerti.
Redno Dhoemila ini merupakan media pers lokal, hanya saja surat kabar Redno Dhoemilah ini juga didirikan oleh orang Belanda, FL Winter, dengan perusahaan penerbit milik kolonial H Bunning Co. Dan pada tahun 1901 Datuk Sultan Marajo bersama adiknya yang bernama Baharudin Sutan Rajo nan Gadang menerbitkan dan memimpin sendiri sebuah surat kabar yang diberi nama Warta Berita yang merupakan surat kabar pertama di Indonesia yang berbahasa Indonesia, dimiliki dan redakturnya orang Indonesia.

III. Iklan dalam Surat Kabar

Seiring pertumbuhan dan perkembangan ekonomi pada awal abad 19, di Amerika muncul classified advertisement yang isinya merupakan pesan-pesan singkat tentang produk tertentu. Iklan tersebut ditampilkan dalam kotak-kotak dengan huruf kecil.
Dalam surat kabar terdapat 3 kategori iklan, yaitu  iklan baris, iklan display, dan iklan advertorial. Iklan display merupakan iklan yang paling dominan pada surat kabar maupun majalah. Ukurannya sangat bervariasi, biasanya berukuran sekitar dua kolom sampai satu halaman.
Yang kedua adalah iklan advertorial adalah iklan yang ditulis dengan gaya editorial. Isi pesan dan gaya penulisannya lebih serius. Dalam iklan model seperti ini biasanya ditampilkan angka-angka hasil riset, statistik, referensi ilmiah, makalah yang ditulis oleh seorang ahli atau lembaga di bidang profesional di bidang yang berkaitan.
 Iklan baris termasuk iklan yang pertama kali dikenal masyarakat. Biasanya terdiri dari iklan lowongan pekerjaan, iklan penjualan rumah, mobil, tanah, alat elektronik dan lain-lain. Disebut iklan baris karena hanya terdiri dari beberapa baris saja. Iklan jenis ini biasanya banyak digandrungi oleh masyarakat karena harganya yang murah dibandingkan jenis iklan lainnya.
Di masa awal kemerdekaan Indonesia merupakan masa-masa sulit perekonomian bangsa ini. Begitu juga dengan sektor periklanan. Iklan belum bisa mendorong kehidupan pers secara signifikan. Tarif iklan saat itu juga masih sangat rendah. Misalnya saja surat kabar Warta Hindia di Padang, tarif iklannya hanya Rp 1 per kolom, dengan harga surat kabar Rp 3. Kondisi ini tentu sangat berlawanan dengan tarif iklan jaman sekarang yang melambung tinggi, melebihi harga surat kabar itu sendiri.
Berikut ini merupakan contoh harga iklan dalam surat kabar Kompas[2] :

I. Display REGULER
- BW, Min. 40 mmk : Rp 105.500, -/ mmk
- FC, Min. 810 mmk : Rp 147.000, -/ mmk
- FC, Hal 3 ( KK) min 1.890 mmk: Rp 205.000, -/ mmk
- FC, Hal 5 ( KK) min 810 mmk: Rp 195.500, -/ mmk
II. Advertorial dan korporatorial ( per mmk) 
- BW, Min. 810 mmk : Rp 108.000, -/ mmk
- FC, Min. 810 mmk : Rp 150.000, -/ mmk
III. Advertorial
- BW, Min. 810 mmk : Rp 99.000, -/ mmk
- FC, Min. 810 mmk : Rp 139.000, -/ mmk
IV. Iklan Baris, min. 3 baris, maks. 12 baris
Nusantara : Rp 55.000,-/baris, Batavia: Rp 45.000,-/baris
> Baris Teks Warna, Cyan,min. 3 baris, maks. 12 baris
Nusantara: Rp 69.000,-/baris, Batavia: Rp 61.000,-/baris
> Baris Background**,min. 3 baris, maks. 12 baris
Nusantara: Rp 79.000,-/baris, Batavia: Rp 71.000,-/baris
> Kop by Request***,BW,min. 22 baris, maks. 52 baris
Nusantara: Rp 58.000,-/baris, Batavia: Rp 50.000,-/baris
> Sponsor KOP 1 x 15mmk
Nusantara: Rp 750.000,-/baris, Batavia: Rp 660.000,-/baris
> Logo (Iklan baris dengan logo 10 baris),BW, Logo: 15mm x 20mm
Nusantara: Rp 750.000,-/baris, Batavia: Rp 660.000,-/baris
> Picture (Iklan baris bergambar) BW,picture: 1 x 25mmk + 3 baris, - Teks BW
Nusantara: Rp 950.000,-/baris, Batavia: Rp 850.000,-/baris @biaya tambahan
Nusantara: Rp 58.000,-/baris, Batavia: Rp 50.000,-/baris






Daftar Pustaka


Norris, James S. 1987. Advertising; third Edition. New Delhi : Prentice Hall of India.
Peerboom, Robert. 1970. Surat Kabar (diterjemahkan oleh DRS. S. Rochady). Bandung: Penerbit Alumni.
Persatuan Perusahaan Periklanan Indonesia. Reka Reklame; Sejarah Periklanan Indonesia 1744 – 1984. 2005. Yogyakarta : Galang Press.
Russel, J. Thomas and W. Ronald Lane. 1988. Advertising Procedure; Fourteenth edition. New Jersey : Prentice Hall International.
Tungate, Mark. 2007. Adland : A Global History of Advertising. London and Philadelphia : Kogan Page.
Winarno, Bondan. 2008. Rumah Iklan. Jakarta : Kompas Media Nusantara.

Diunduh dari http://forum.vivanews.com/sejarah-dan-budaya/208144-sejarah-surat-kabar.html diunduh tanggal 29 Maret 2012 pukul 20.00
Diunduh dari http://www.pasangiklankompasposkota.com/. Pada 15 April pukul 21.30
Diunduh dari http://sejarah.info/2011/11/sejarah-jurnalistik.htmldiunduh tanggal 29 Maret 2012 pukul 18.09
Diunduh dari http://trashytalkie.wordpress.com/ diunduh pada tanggal 29 Maret 2012 pukul 18.18


[1] Dalam Mark Tungate. 2007. Adland : A Global History of Advertising. London and Philadelphia : Kogan Page. Halaman 23
[2] Dalam http://www.pasangiklankompasposkota.com/ Dinduh pada 15 Aprill 2012 pukul 21.35 WIB

Tidak ada komentar:

Posting Komentar