Febriana NH
Yogyakarta, 24 Oktober 2011
Permasalahan yang saat ini terjadi
di Indonesia merupakan fenomena yang berkesinambungan dari masalah-masalah yang
terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Bermula dari masa pra kemerdekaan,
kemudian awal kemerdekaan yang biasa disebut masa Orde Lama yang dipimpin oleh Ir.Soekarno hingga masa
Reformasi sekarang ini. Pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang
Yudhoyono ini, permasalahan bengsa Indonesia menjadi semakin kompleks karena
penumpukan masalah sejak jaman presiden Sukarno yang belum terselesaikan
ditambah lagi dengan permasalahan yang muncul baru-baru ini.
Sejak awal Indonesia berdiri, bangsa
ini sudah dihadapkan pada sebuah tantangan. Seperti yang dikemukakan oleh Surya
Darma, Wakil BEM Universitas Ahmad Dahlan ketika menjadi pembicara di seminar
“Komunikasi Kaum Muda dan Permasalahan Bangsa” tanggal 20 Oktober 2011,
“Bagaimana antar ras dapat disatukan dibawah 1 negara?”. Pertanyaan tersebut
tentu saja menjadi awal fase kompleks perjalanan bangsa Indonesia mengingat
bangsa ini adalah sebuath bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, ras dan
agama.
Perkembangan sejarah Indonesia juga
menunjukkan bahwa para pemuda juga berperan aktif dalam usaha memajukan negara
dengan cara yang berbeda-beda pada setiap periodenya. Pada jaman pra
kemerdekaan, golongan pemuda sudah menunjukkan kontribusi kepada bangsa
Indonesia dengan mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan
Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Ir. Soekarno dibawa ke Rengasdengklok
oleh Soekarni, Wikana, Chairul Saleh, dkk. Mereka melakukan hal tersebut
sebagai upaya agar Ir.Soekarno tidak terpengaruh oleh Jepang dalam perencanaan
Proklamasi Indonesia.
Indonesia baru memperoleh pengakuan
kedaulatan dari Belanda pada akhir tahun 1949. Lima belas tahun pertama
kemerdekaan Indonesia diwarnai dengan ketidak-stabilan sistem politik serta
kemerosotan di bidang ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan dengan data tentang “Tahunan
Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Agregat kunci 1934-1990” (1)
Tahun
|
PDB per
kapita
|
Volume
ekspor
|
Ekspor
Harga
|
Belanja
Pemerintah
|
|
Sebelum
perang Pemulihan
|
1934-1940
|
2.5
|
2.2
|
7.8
|
3.4
|
Orde Lama
|
1950-1965
|
1.0
|
0.8
|
- 2.1
|
1.8
|
Orde Baru
|
1966-1990
|
4.4
|
5.4
|
11.6
|
10.6
|
Sumber:
Booth 1998: 18.
Catatan: ini
persentase pertumbuhan tahunan rata-rata dihitung oleh Booth oleh fitting kurva
eksponensial dengan data untuk tahun yang ditunjukkan. Sampai dengan 1873 data
yang hanya mengacu ke Jawa.
Juga terjadi banyak pemberontakan di
dalam tubuh bangsa Indonesia, dan puncaknya adalah peristiwa G30S PKI tahun
1965. Beberapa perwira TNI dibunuh dengan kejam dan dimasukkan ke dalam sumur
yang disebut lubang buaya. Dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret
tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno memberikan kekuasaan tak terbatas
kepada Suharto. Setelah kepemimpinan Presiden Soekarno berakhir, kemudian digantikan oleh Suharto, dan dimulailah masa
yang disebut dengan Orde Baru.
Pada masa Orde Baru, Indonesia
mengalami kemajuan dengan output industri yang besar. Dengan komando
otoriternya, Presiden Suharto membuat harga minyak di pasaran dunia meningkat
dan memperoleh banyak pendapatan dari ekspor minyak dan gas serta produk-produk
lainnya. Kemajuan yang dicapai pemerintah dalam masa Orde Baru antara lain
adalah dalam bidang pangan yang dikemukakan oleh Ricklefs (1991:434), “Impor
beras berkurang menjadi nol dan Indonesia menyatakan telah mencapai kemandirian
dalam beras.”
Banyak kemajuan yang terjadi selama
masa Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Suharto. Namun, dibalik
kesuksesannya memperbaiki sistem ekonomi dan politik yang otoriter, timbul juga
banyak masalah baru. Menurunnya tingkat inflasi dari tahun 1966 yang mencapai
angka 600% sampai tahun 1969 yang hanya berada di angka 10% tidak lepas dari
bantuan luar negeri. Bantuan pinjaman dana didapat dari IMF dan IGGI
(Inter-Governmental Group of Indonesia) yang dibentuk oleh beberapa negara
besar non-komunis.
Masalah lainnya yang
timbul antara lain :
1.
Kerusakan serta pencemaran lingkungan
hidup dan sumber daya alam karena eksploitasi terus menerus terhadap hutan dan
sumbaer daya alam lainnya dalam usaha peningkatan ekspor.
2.
Perbedaan ekonomi antar daerah, antar
golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam.
3.
Menimbulkan merginalisasi sosial, konglomerasi
dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
4.
Pembangunan yang dilakukan hasilnya
hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan
cenderung terpusat dan tidak merata karena hanya terpusat di daerah-daerah yang
padat penduduk (Jawa). Hal ini juga tampak dengan adanya kemiskinan disejumlah
wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan
Timur, dan Irian.
5.
Pembangunan hanya mengutamakan
pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik dan sosial yang
demokratis dan berkeadilan.
Karena praktik KKN di Indonesia
semakin menjadi, semakin menancapkan jarak yang jauh antara golongan pemerintah
& konglomerat yang semakin diuntungkan dan masyarakat kecil yang semakin
ditekan dan barada dalam garis kemiskinan. Banyak media dan pers yang dibredel
dan dilarang menayangkan berita-berita kritis tentang pemerintah, hak politik
warga terutama dari kalangan Pegawai Negeri dikendalikan pemerintah. Maka mulai
muncul golongan-golongan yang menentang rezim otoriter yang dilakukan Presiden
Suharto. Penentangan ini muncul terutama dari golongan pemuda dan mahasiswa
yang banyak melakukan demonstrasi di berbagai tempat di Indonesia.
Surya Darma,
20 Oktober 2011 mengatakan “Kaum muda yang menanyakan dan menyuarakan hal-hal
tersebut merupakan seorang pembangkang?”. Yang pada kenyataanya, pada jaman
Orde Baru mahasiswa menjadi lawan pemerintah yang harus dibasmi. Puncak
perlawanan mahasiswa terjadi dengan demonstrasi besar-besaran tahun 1998 yang
diwarnai dengan banyaknya korban dari kalangan mahasiswa. Idealisme, “kepercayaan
akan kebajikan, filantropi universal dan secara umum suatu ‘dunia yang lebih
baik,’ yang dia sendiri banggakan dimuka orang lain, tetapi yang dia sendiri
hanya percaya selama dia berada dalam kesusahan atau sedang mengalami
kebangkrutan sebagai akibat dari ekses-akses materialisnya yang biasa.”(Engels,
1886) (2) merupakan senjata para mahasiswa melawan rezim
Suharto. Akhirnya tanggal 21 Mei 1998 Presiden Suharto mengundurkan diri.
Masa
Reformasi beberapa tahun terakhir ini diwarnai dengan permasalahan baru.
KKN dan masalah sosial lainnya seperti
sudah tidak dianggap sebagai suatu masalah yang penting dibandingkan dengan
terorisme. Prof. Erick Hiariej, M.Phil, Ph.D. dalam Konferensi
Pers: Kritik Atas Penanganan Terorisme Pasca Tragedi 11 September, tanggal 12 September 2011 mengemukakan bahwa “Setelah 10
tahun upaya Amerika Serikat memerangi terorisme sama sekali tidak menghilangkan
cara kita memandang terorisme itu sendiri. Pada akhirnya AS hanya ingin
menggunakan terorisme untuk menyerang musuhnya. Di samping itu peristiwa 9/11
selalu dilihat sebagai bencana karena besarnya jumlah korban dari peristiwa
tersebut. Padahal kalau ukurannya hanya jumlah orang meninggal, jumlah orang
meninggal karena muntaber di Indonesia lebih banyak.”(3)
Beberapa hal
di atas merupakan masalah masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sampai
sekarang ini. Generasi muda yang seharusnya mempersiapkan masa depan dan
diharapkan menjadi obat penawar dari racun yang sudah menyebar di negara ini,
sekarang sudah mulai mengalami sebuah degradasi semangat dan konsumtif. Banyak
pemuda, terutama mahasiswa yang mulai menjadi budak hedonisme yang berkembang
seiring arus globalisasi. Bila hal ini terus berlanjut, maka generasi muda
tidak lagi bisa berperan dalam penyelesaian masalah bangsa Indonesia yang akan
semakin kompleks.
Menurut
Surya Darma, 20 Oktober 2011, “Dalam sejarah, mahasiswa hanya bisa menurunkan
rezim. Sekarag mahasiswa tidak bisa menciptakan persatuan nasional karena
saling mencurigai”. Perbedaan mahasiswa jaman dulu dan sekarang menurut Prof.
Erick Hiariej,
M.Phil, Ph.D dalam Seminar tanggal 20 Oktober 2011 “perbedaanya, jaman dulu
demo dangan sedikit orang tapi subtance-nya
bagus, sekarang banyak orang terlibat dalam aksi (demo) naum subtance-nya tidak bagus”.
Dalam
kata penutupnya pada seminar Komunikasi Kaum Muda dan Permasalahan Bangsa,
Surya Darma memngemukakan beberapa hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa,
yaitu :
1. Mewujudkan
persatuan antar mahasiswa
2.
Manjadi sebuah katalisator untuk masyarakat dengan :
a.
Memberikan informasi
b.
Berfikir kritis
c.
Mengajak memberontak (pembangkangan sosial) secara
bersama-sama.
______________________________________
Ricklefs, M. C. 1991. Sejarah
Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
(1)
Touwen, Jeroen. "Sejarah Ekonomi Indonesia". EH.Net
Ensiklopedi, diedit oleh Robert Whaples. 16 Maret 2008. Diunduh dari
http://eh.net/encyclopedia/article/touwen.indonesia
(2)
Engels.1886. akhir filsafat klasik Jerman. Diedit oleh Ted Sprague (June 2007).
Archieved at: http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1886/ludwig-feuerbach/pengantar.htm
(3)
“Konferensi
Pers: Kritik Atas Penanganan Terorisme Pasca Tragedi 11 September” updated
13 September 2011. Archieved at : http://iis-ugm.org/beritaterkini/19/Konferensi%20Pers:%20Kritik%20Atas%20
Penanganan%20Terorisme%20Pasca%20Tragedi%2011%20September.htm
Tidak ada komentar:
Posting Komentar