Sabtu, 14 Januari 2012

Kontribusi Pemuda dalam Penyelesaian Permasalahan Bangsa Indonesia #tugas


Febriana NH
Yogyakarta, 24 Oktober 2011

Permasalahan yang saat ini terjadi di Indonesia merupakan fenomena yang berkesinambungan dari masalah-masalah yang terjadi pada tahun-tahun sebelumnya. Bermula dari masa pra kemerdekaan, kemudian awal kemerdekaan yang biasa disebut masa Orde Lama yang  dipimpin oleh Ir.Soekarno hingga masa Reformasi sekarang ini. Pada masa kepemimpinan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono ini, permasalahan bengsa Indonesia menjadi semakin kompleks karena penumpukan masalah sejak jaman presiden Sukarno yang belum terselesaikan ditambah lagi dengan permasalahan yang muncul baru-baru ini.
Sejak awal Indonesia berdiri, bangsa ini sudah dihadapkan pada sebuah tantangan. Seperti yang dikemukakan oleh Surya Darma, Wakil BEM Universitas Ahmad Dahlan ketika menjadi pembicara di seminar “Komunikasi Kaum Muda dan Permasalahan Bangsa” tanggal 20 Oktober 2011, “Bagaimana antar ras dapat disatukan dibawah 1 negara?”. Pertanyaan tersebut tentu saja menjadi awal fase kompleks perjalanan bangsa Indonesia mengingat bangsa ini adalah sebuath bangsa yang terdiri dari berbagai macam suku, ras dan agama.
Perkembangan sejarah Indonesia juga menunjukkan bahwa para pemuda juga berperan aktif dalam usaha memajukan negara dengan cara yang berbeda-beda pada setiap periodenya. Pada jaman pra kemerdekaan, golongan pemuda sudah menunjukkan kontribusi kepada bangsa Indonesia dengan mendesak agar Soekarno segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia. Pada tanggal 16 Agustus 1945 Ir. Soekarno dibawa ke Rengasdengklok oleh Soekarni, Wikana, Chairul Saleh, dkk. Mereka melakukan hal tersebut sebagai upaya agar Ir.Soekarno tidak terpengaruh oleh Jepang dalam perencanaan Proklamasi Indonesia.
Indonesia baru memperoleh pengakuan kedaulatan dari Belanda pada akhir tahun 1949. Lima belas tahun pertama kemerdekaan Indonesia diwarnai dengan ketidak-stabilan sistem politik serta kemerosotan di bidang ekonomi. Hal ini dapat dibuktikan dengan data tentang “Tahunan Rata-rata Pertumbuhan Ekonomi Agregat kunci 1934-1990” (1)
Tahun
PDB per kapita
Volume ekspor
Ekspor
Harga
Belanja Pemerintah
Sebelum perang Pemulihan
1934-1940
2.5
2.2
7.8
3.4
Orde Lama
1950-1965
1.0
0.8
- 2.1
1.8
Orde Baru
1966-1990
4.4
5.4
11.6
10.6
Sumber: Booth 1998: 18.
Catatan: ini persentase pertumbuhan tahunan rata-rata dihitung oleh Booth oleh fitting kurva eksponensial dengan data untuk tahun yang ditunjukkan. Sampai dengan 1873 data yang hanya mengacu ke Jawa.
Juga terjadi banyak pemberontakan di dalam tubuh bangsa Indonesia, dan puncaknya adalah peristiwa G30S PKI tahun 1965. Beberapa perwira TNI dibunuh dengan kejam dan dimasukkan ke dalam sumur yang disebut lubang buaya. Dengan dikeluarkannya Surat Perintah Sebelas Maret tanggal 11 Maret 1966, Presiden Soekarno memberikan kekuasaan tak terbatas kepada Suharto. Setelah kepemimpinan Presiden Soekarno berakhir, kemudian  digantikan oleh Suharto, dan dimulailah masa yang disebut dengan Orde Baru.
Pada masa Orde Baru, Indonesia mengalami kemajuan dengan output industri yang besar. Dengan komando otoriternya, Presiden Suharto membuat harga minyak di pasaran dunia meningkat dan memperoleh banyak pendapatan dari ekspor minyak dan gas serta produk-produk lainnya. Kemajuan yang dicapai pemerintah dalam masa Orde Baru antara lain adalah dalam bidang pangan yang dikemukakan oleh Ricklefs (1991:434), “Impor beras berkurang menjadi nol dan Indonesia menyatakan telah mencapai kemandirian dalam beras.”
Banyak kemajuan yang terjadi selama masa Orde Baru dibawah kepemimpinan Presiden Suharto. Namun, dibalik kesuksesannya memperbaiki sistem ekonomi dan politik yang otoriter, timbul juga banyak masalah baru. Menurunnya tingkat inflasi dari tahun 1966 yang mencapai angka 600% sampai tahun 1969 yang hanya berada di angka 10% tidak lepas dari bantuan luar negeri. Bantuan pinjaman dana didapat dari IMF dan IGGI (Inter-Governmental Group of Indonesia) yang dibentuk oleh beberapa negara besar non-komunis.
Masalah lainnya yang timbul antara lain :
1.         Kerusakan serta pencemaran lingkungan hidup dan sumber daya alam karena eksploitasi terus menerus terhadap hutan dan sumbaer daya alam lainnya dalam usaha peningkatan ekspor.
2.         Perbedaan ekonomi antar daerah, antar golongan pekerjaan, antar kelompok dalam masyarakat tersa semakin tajam.
3.         Menimbulkan merginalisasi sosial, konglomerasi dan bisnis yang erat dengan KKN (Korupsi, Kolusi dan Nepotisme).
4.         Pembangunan yang dilakukan hasilnya hanya dapat dinikmati oleh sebagian kecil kalangan masyarakat, pembangunan cenderung terpusat dan tidak merata karena hanya terpusat di daerah-daerah yang padat penduduk (Jawa). Hal ini juga tampak dengan adanya kemiskinan disejumlah wilayah yang justru menjadi penyumbang devisa terbesar seperti Riau, Kalimantan Timur, dan Irian.
5.         Pembangunan hanya mengutamakan pertumbuhan ekonomi tanpa diimbangi kehidupan politik dan sosial yang demokratis dan berkeadilan.
Karena praktik KKN di Indonesia semakin menjadi, semakin menancapkan jarak yang jauh antara golongan pemerintah & konglomerat yang semakin diuntungkan dan masyarakat kecil yang semakin ditekan dan barada dalam garis kemiskinan. Banyak media dan pers yang dibredel dan dilarang menayangkan berita-berita kritis tentang pemerintah, hak politik warga terutama dari kalangan Pegawai Negeri dikendalikan pemerintah. Maka mulai muncul golongan-golongan yang menentang rezim otoriter yang dilakukan Presiden Suharto. Penentangan ini muncul terutama dari golongan pemuda dan mahasiswa yang banyak melakukan demonstrasi di berbagai tempat di Indonesia.
Surya Darma, 20 Oktober 2011 mengatakan “Kaum muda yang menanyakan dan menyuarakan hal-hal tersebut merupakan seorang pembangkang?”. Yang pada kenyataanya, pada jaman Orde Baru mahasiswa menjadi lawan pemerintah yang harus dibasmi. Puncak perlawanan mahasiswa terjadi dengan demonstrasi besar-besaran tahun 1998 yang diwarnai dengan banyaknya korban dari kalangan mahasiswa. Idealisme, “kepercayaan akan kebajikan, filantropi universal dan secara umum suatu ‘dunia yang lebih baik,’ yang dia sendiri banggakan dimuka orang lain, tetapi yang dia sendiri hanya percaya selama dia berada dalam kesusahan atau sedang mengalami kebangkrutan sebagai akibat dari ekses-akses materialisnya yang biasa.”(Engels, 1886) (2) merupakan senjata para mahasiswa melawan rezim Suharto. Akhirnya tanggal 21 Mei 1998 Presiden Suharto mengundurkan diri.
Masa Reformasi beberapa tahun terakhir ini diwarnai dengan permasalahan baru. KKN  dan masalah sosial lainnya seperti sudah tidak dianggap sebagai suatu masalah yang penting dibandingkan dengan terorisme. Prof. Erick Hiariej, M.Phil, Ph.D. dalam Konferensi Pers: Kritik Atas Penanganan Terorisme Pasca Tragedi 11 September, tanggal 12  September 2011 mengemukakan bahwa “Setelah 10 tahun upaya Amerika Serikat memerangi terorisme sama sekali tidak menghilangkan cara kita memandang terorisme itu sendiri. Pada akhirnya AS hanya ingin menggunakan terorisme untuk menyerang musuhnya. Di samping itu peristiwa 9/11 selalu dilihat sebagai bencana karena besarnya jumlah korban dari peristiwa tersebut. Padahal kalau ukurannya hanya jumlah orang meninggal, jumlah orang meninggal karena muntaber di Indonesia lebih banyak.”(3)
Beberapa hal di atas merupakan masalah masalah yang dihadapi bangsa Indonesia sampai sekarang ini. Generasi muda yang seharusnya mempersiapkan masa depan dan diharapkan menjadi obat penawar dari racun yang sudah menyebar di negara ini, sekarang sudah mulai mengalami sebuah degradasi semangat dan konsumtif. Banyak pemuda, terutama mahasiswa yang mulai menjadi budak hedonisme yang berkembang seiring arus globalisasi. Bila hal ini terus berlanjut, maka generasi muda tidak lagi bisa berperan dalam penyelesaian masalah bangsa Indonesia yang akan semakin kompleks.
Menurut Surya Darma, 20 Oktober 2011, “Dalam sejarah, mahasiswa hanya bisa menurunkan rezim. Sekarag mahasiswa tidak bisa menciptakan persatuan nasional karena saling mencurigai”. Perbedaan mahasiswa jaman dulu dan sekarang menurut Prof. Erick Hiariej, M.Phil, Ph.D dalam Seminar tanggal 20 Oktober 2011 “perbedaanya, jaman dulu demo dangan sedikit orang tapi subtance-nya bagus, sekarang banyak orang terlibat dalam aksi (demo) naum subtance-nya tidak bagus”.
Dalam kata penutupnya pada seminar Komunikasi Kaum Muda dan Permasalahan Bangsa, Surya Darma memngemukakan beberapa hal yang harus dilakukan oleh mahasiswa, yaitu :
1.      Mewujudkan persatuan antar mahasiswa
2.      Manjadi sebuah katalisator untuk masyarakat dengan :
a.       Memberikan informasi
b.      Berfikir kritis
c.       Mengajak memberontak (pembangkangan sosial) secara bersama-sama.
______________________________________ 
Ricklefs, M. C. 1991. Sejarah Indonesia Modern. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press.
(1)              Touwen, Jeroen. "Sejarah Ekonomi Indonesia". EH.Net Ensiklopedi, diedit oleh Robert Whaples. 16 Maret 2008. Diunduh dari http://eh.net/encyclopedia/article/touwen.indonesia
(2)               Engels.1886. akhir filsafat klasik Jerman. Diedit oleh Ted Sprague (June 2007). Archieved at: http://www.marxists.org/indonesia/archive/marx-engels/1886/ludwig-feuerbach/pengantar.htm
(3)               “Konferensi Pers: Kritik Atas Penanganan Terorisme Pasca Tragedi 11 September” updated 13 September 2011. Archieved at : http://iis-ugm.org/beritaterkini/19/Konferensi%20Pers:%20Kritik%20Atas%20 Penanganan%20Terorisme%20Pasca%20Tragedi%2011%20September.htm

Tidak ada komentar:

Posting Komentar