Kata (para cowok), cuma ada 2 tipe cowok, ‘banci’ dan ‘bajingan’. Banyak
yang lebih bangga menyebut dirinya bajingan daripada banci. Kenapa bisa begitu?
Entahlah.. Kenapa tanya sama saya? tanya sama cowok-cowok yang menamakan dirinya
bajingan (atau mungkin banci) itu dong. Walaupun yang saya yakini, ada cowok
bajingan yang nggak bajingan bajingan amat. Atau cowok banci yang nggak banci
banci amat juga. Everything not just have
2 sides, not just black or white, but sometimes grey too.
Okeeey abaikan dan tinggalkan saja blog ini bila anda merasa tulisan
ini sampah banget. Karena saya memang suka sampah :D
Nah, kalo ngomongin cowok, kadang sebagai cewek nggak habis pikir
gimana cara berfikir mereka. Yaa iyalah, jalan pikiran perasaan dan logika
cowok dan cewek itu beda. So, kita
ngomongin cewek aja. Jaman sekarang banyak cewek yang mengaku ‘realistis’
dengan kehidupan cinta mereka. Apasih definisi realistis? Tiap orang punya
pandangan yang beda2 dong yaa.. Tapi apa bener itu namanya realistis? Sepertinya
kata realistis dan matre cuma beda tipis.
Pada dasarnya saya setuju dengan sifat realistis ini. Hellooo ! Jaman sekarang
cuma mikir cinta doang? Seems so funny
hahaha. Saya setuju dengan pemikiran bahwa cinta juga harus diimbangi dengan
materi (harap diberi penekanan pada kata diimbangi). Dengan catatan, bukan
materi sekedar uang jajan dari orang tua dan semacamnya. Tapi untuk saya
pribadi, lebih kepada materi yang sifatnya untuk masa depan. Berbeda dengan
matre, kan? Menurut saya, matre ituuu maksudnya menghubungkan apapun dengan
materi. Dikit-dikit duit. Orientasi hubungan dilandasi oleh materi. Sebaliknya,
hubungan yang realistis itu dilandasi perasaan, dengan didukung materi.
Saya tidak habis pikir bagaimana ada perempuan yang bisa dengan mudah
menodong pacarnya untuk membelikan ini itu dan menyuruh mengantar kesana
kemari. Ini masih pacaran mbak. Pacaran ! Sebenarnya laki2 berhak menolak. Dia belum
punya tanggung jawab apapun secara materi maupun rohani terhadap ‘pacarnya’. Tapi
nyatanya? Entah si perempuan yang terlalu pintar meminta atau laki-laki yang
terlalu bodoh karena mau menuruti semua permintaan pacarnya itu. Dan yang perlu
digarisbawahi, saya sangat tidak setuju dengan matrealisme semacam ini. Kalau anda
membutuhkan sesuatu, berusahalah. Jangan hanya bisa meminta. Correct me if I’m wrong.
Silahkan menganggap saya kuno atau semacamnya. Tapi sejak kecil orangtua
saya mengajarkan bahwa jangan membiasakan meminta apapun dari orang lain. Nah yang
satu ini juga menjadi prinsip hidup saya. Karena dengan kebiasaan meminta, saya
telah menggantungkan diri kepada orang lain, dan itu berarti saya tidak
mandiri. Cukup saya menggantungkan hidup, hati dan pikiran saya hanya kepada
orangtua dan keluarga saya. Menggantungkan diri kepada orang lain, pacar
mungkin? Hahaha selama hubungan itu masih sebatas ‘pacar’, secara hati mungkin
iya. Tapi secara materi?? I don’t think
so.. Ingatlah, ketika anda berani menggantungkan diri pada oranglain,
bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan bahwa orang tersebut akan melepaskan gantungan
anda darinya. Sedang jatuh cinta? Berfikirlah realistis :)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar