Jumat, 27 Januari 2012

CINTA (?)

Kata (para cowok), cuma ada 2 tipe cowok, ‘banci’ dan ‘bajingan’. Banyak yang lebih bangga menyebut dirinya bajingan daripada banci. Kenapa bisa begitu? Entahlah.. Kenapa tanya sama saya? tanya sama cowok-cowok yang menamakan dirinya bajingan (atau mungkin banci) itu dong. Walaupun yang saya yakini, ada cowok bajingan yang nggak bajingan bajingan amat. Atau cowok banci yang nggak banci banci amat juga. Everything not just have 2 sides, not just black or white, but sometimes grey too.
Okeeey abaikan dan tinggalkan saja blog ini bila anda merasa tulisan ini sampah banget. Karena saya memang suka sampah :D
Nah, kalo ngomongin cowok, kadang sebagai cewek nggak habis pikir gimana cara berfikir mereka. Yaa iyalah, jalan pikiran perasaan dan logika cowok dan cewek itu beda. So, kita ngomongin cewek aja. Jaman sekarang banyak cewek yang mengaku ‘realistis’ dengan kehidupan cinta mereka. Apasih definisi realistis? Tiap orang punya pandangan yang beda2 dong yaa.. Tapi apa bener itu namanya realistis? Sepertinya kata realistis dan matre cuma beda tipis.
Pada dasarnya saya setuju dengan sifat realistis ini. Hellooo ! Jaman sekarang cuma mikir cinta doang? Seems so funny hahaha. Saya setuju dengan pemikiran bahwa cinta juga harus diimbangi dengan materi (harap diberi penekanan pada kata diimbangi). Dengan catatan, bukan materi sekedar uang jajan dari orang tua dan semacamnya. Tapi untuk saya pribadi, lebih kepada materi yang sifatnya untuk masa depan. Berbeda dengan matre, kan? Menurut saya, matre ituuu maksudnya menghubungkan apapun dengan materi. Dikit-dikit duit. Orientasi hubungan dilandasi oleh materi. Sebaliknya, hubungan yang realistis itu dilandasi perasaan, dengan didukung materi.
Saya tidak habis pikir bagaimana ada perempuan yang bisa dengan mudah menodong pacarnya untuk membelikan ini itu dan menyuruh mengantar kesana kemari. Ini masih pacaran mbak. Pacaran ! Sebenarnya laki2 berhak menolak. Dia belum punya tanggung jawab apapun secara materi maupun rohani terhadap ‘pacarnya’. Tapi nyatanya? Entah si perempuan yang terlalu pintar meminta atau laki-laki yang terlalu bodoh karena mau menuruti semua permintaan pacarnya itu. Dan yang perlu digarisbawahi, saya sangat tidak setuju dengan matrealisme semacam ini. Kalau anda membutuhkan sesuatu, berusahalah. Jangan hanya bisa meminta. Correct me if I’m wrong.
Silahkan menganggap saya kuno atau semacamnya. Tapi sejak kecil orangtua saya mengajarkan bahwa jangan membiasakan meminta apapun dari orang lain. Nah yang satu ini juga menjadi prinsip hidup saya. Karena dengan kebiasaan meminta, saya telah menggantungkan diri kepada orang lain, dan itu berarti saya tidak mandiri. Cukup saya menggantungkan hidup, hati dan pikiran saya hanya kepada orangtua dan keluarga saya. Menggantungkan diri kepada orang lain, pacar mungkin? Hahaha selama hubungan itu masih sebatas ‘pacar’, secara hati mungkin iya. Tapi secara materi?? I don’t think so.. Ingatlah, ketika anda berani menggantungkan diri pada oranglain, bersiap-siaplah menghadapi kemungkinan bahwa orang tersebut akan melepaskan gantungan anda darinya. Sedang jatuh cinta? Berfikirlah realistis :)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar