Hari itu,
Senin 27 Februari 2012. Kuliah hari itu hanya dari jam 12.30 – 15.00 (di
jadwal, prakteknya?) hahaha. Pada prakteknya, kurang lebih sebelum pukul
setengah 3 kuliah sudah selesai dan kami sudah keluar kelas. Entah apa yang aku
lakukan seteleh itu, aku lupa. Yang pasti hari itu cerah. Sangat cerah bila
dibandingkan dengan beberapa hari sebelumnya yang selalu hujan, terutama pada
jam-jam seperti itu. Oh iya, setelah pulang kuliah aku mengantar temanku,
Endang ke Stasiun Lempuyangan karena (lagi-lagi) dia mau pulang ke Solo.
Nah setelah
dari stasiun, aku iseng pergi ke toko buku besar yang terletak di sudut barat-selatan
perempatan Jalan Jenderal Sudirman itu. Mencari bacaan gratis tentu saja. Setelah
lumayan capek (bukan capek baca, capek berdiri), aku jalan-jalan saja diantara
rak buku disana. Karena aku sedang berada di lantai 3, pemandangan terlihat
cukup bagus dari sini. Terutama pemandangan gunung Merapi yang terlihat sangat
jelas dan gagah dari sini. Walaupun dari sebuah sisi, gunungnya ketutup reklame :(
dari lantai 3 Gramedia |
zoooooom !! |
Dengan headset di telinga, aku berkendara
pulang (jangan ditiru yaa :p). Namun niatku berubah ketika sudah sampai di
daerah Mandala Krida. Hey, mumpung cuaca sedang bagus dan masih sore, kenapa
nggak jalan-jalan aja? Pikirku. Jangan heran, dan jangan mengira kalau aku
sedang galau atau semacamnya sehingga melakukan hal-hal semacam ini. Ini memang
sudah biasa aku lakukan. Sekedar untuk menenangkan diri. Akhirnya aku berbelok,
melewati Jalan Tamansiswa kemudian menuju Alun-alun Selatan melalui Plengkung
Gading.
Dan aku sempat
berpikir, aku ini orang asli Jogja tapi belum pernah naik ke atas Plengkung
Gading sama sekali. Akhirnya, aku mencoba ke atas Plengkung Gading. Saat itu
disana ada beberapa orang muda yang sedang asyik mengobrol dengan
teman-temannya dan (uhuk) pacaran. Disini, gunung Merapi masih terlihat sangat
indah. Dan aku baru tahu kalau ada jalan yang memanjang (sepertinya semacam
benteng) yang berada di atas Plengkung Gading ke arah timur. Sehingga kalau
berjalan di atasnya, seolah-olah
berjalan diantara atap-atap rumah. Tapi aku belum mencobanya, mungkin
lain kali.
lalu lintas dari atas Plengkung Gading |
Plengkung Gading (tampak samping) |
Merapi, dari atas Plengkung Gading (zoom) |
Setelah itu,
aku juga penasaran dengan Panggung Krapyak. Tempat ini terletak di sebelah
selatan Plengkung Gading. Lewat perempatan Gading itu ke selatan terus saja,
sampai bertemu pondok pesantren Krapyak yang terkenal itu, masih lurus sedikit.
Bangunan tersebut terletak di tengah jalan. Ternyata yang dimaksud dengan
Panggung Krapyak adalah bangunan seperti ini....
Aku tidak tau
dahulu bangunan tersebut digunakan untuk apa dan sekarang juga digunakan untuk
apa. Hehe. Yang jelas, aku sudah tidak terlalu penasaran lagi ! :D
Senja yang
cukup indah dan manis. Ini salah satu caraku menikmati hangatnya mentari senja dan eksotisnya kota tercinta ini, Jogja. Caramu? J
kok neng krapyak ra mampir omah ku?
BalasHapusinfo aja :Alkisah wilayah selatan Kraton Yogyakarta dahulu merupakan hutan lebat. Banyak raja-raja terdahulu yang berburu disini. Beragam jenis hewan liar terdapat di sini, salah satunya rusa atau dalam bahasa Jawa disebut menjangan (makanya disebut pula kandang menjangan). Pada tahun 1613, salah satu raja yang memanfaatkan untuk berburu, Raden Mas Jolang yang bergelar Prabu Hanyokrowati, raja kedua Kerajaan Mataram Islam dan putra Panembahan Senopati mengalami kecelakaan dalam perburuan dan akhirnya meninggal di sini. Beliau dimakamkan di Kotagede dan diberi gelar Panembahan Seda Krapyak (berarti raja yang meninggal di Hutan Krapyak). Raja lain yang gemar berburu di Hutan Krapyak adalah Pangeran Mangkubumi (Sultan Hamengku Buwono I) dan mendirikan panggung krapyak. Pada saat perang digunakan pula sebagai tempat mengintai musuh dari arah selatan.
waaaaa ternyata begitu ceritanyaaa :O hihi makasih yaa mas yap :D
BalasHapuslhaaaaa aku kan gatau rumahmu mas haha