Nama
: Febriana Noor Haryanti
NIM
: 11/320236/SP/24954
Ketika kita membicarakan tentang
adanya media baru dan media lama, atau biasa disebut dengan istilah new media dan old media, sebenarnya sejak kapan media disebut “lama”? Logikanya,
media yang sekarang ini bisa disebut “lama” karena telah hadir media-media yang
bisa menggeser sistem media yang dulu pernah ada.
Banyak yang mengemukakan bahwa
media lama adalah media yang berkembang pada jaman sebelum globalisasi.
Sebenarnya jenis media lama dan baru hampir sama, yaitu tampilan visual saja
seperti surat kabar, audio dan audiovisual. Yang menjadi sangat berbeda salahsatunya
terletak pada kecepatan dan aktualnya suatu media menyampaikan informasi kepada
masyarakat.
Media lama terdiri dari koran,
majalah, dan lain-lain yang termasuk dalam media cetak. Juga radio serta
televisi. Sistem kerja media cetak hanya memberikan komunikasi satu arah saja.
Kemudian untuk bisa mempermudah interaksi terhadap penerima informasi, di media
elektronik seperti radio dan televisi juga tersedia sarana untuk berinteraksi
secara langsung.
Informasi yang akan dimuat di
media lama seluruhnya dikuasai oleh wartawan dan jurnalis serta orang-orang
yang bekerja di bidang tersebut. Sehingga media lama juga merupakan sebuah
indistri yang digerakkan untuk memberi informasi, dan kemudian masyarakat akan
membelinya untuk mendapatkan informasi tersebut. Dalam media lama, masyarakat
tidak bisa secara aktif berperan memberikan informasi. Karena dalam media lama,
orang yag berhak melaporkan haruslah orang-orang yang berkompeten di bidangnya.
Sistematika media lama
berangsur-angsur berkurang peminatnya seiring kemajuan teknologi dalam segala bidang, terutama komunikasi.
Media baru perlahan mula digemari. Melalui world wide web, semua orang bisa
mengakses informasi yang ada. Kemudahan dan kepraktisan new media ini tentu saja mempermudah masyarakat dalam proses
perolehan informasi. Masyarakat tidak perlu lagi membeli koran maupun majalah
bila ingin mendapatkan informasi.
Bahkan sekarang, beberapa lembaga
media lama juga sudah mulai memanfaatkan kemdahan media baru. Semua orang bisa
berbagi informasi tanpa mengeluarkan banyak uang seperti yang terjadi di media
lama, serta dalam waktu yang relatif cepat. New media secara tidak langsung
mendukung berkembangnya era globalisasi menjadikan dunia ini sempit. Tidak ada
lagi kesulitan yang berkaitan dengan jarak dan waktu, karena semuanya dapat
diakses dengan media baru yang jauh lebih cepat.
Perkembangan media baru yang
begitu cepat pastinya juga akan berdampak terhadap industri media lama. Media
lama ditantang untuk membuat inovasi agar tetap bisa bertahan ditengah gempuran
media baru di masyarakat.
Adanya media baru sebagai tempat
pertukaran informasi yang memungkinkan siapa saja berbagi informasi, baik itu
melalui blog, web, twitter dan jajaring sosial yang lain, juga mempunyai
beberapa masalah. Murah dan mudahnya akses terhadap media baru menimbulkan
beberapa masalah serius, antara lain yaitu plagiarisme terhadap suatu hasil
karya orang lain karena tidak adanya keamanan terhadap karyanya tersebut.
Sekarang banyak pula terdapat blog maupun web yang tidak mengandung informasi
yang berguna bagi masyarakat. Selanjutnya hal-hal tersebut hanya akan menjadi
sampah di dunia maya.
Media lama dan media baru di masa
sekarang ini seharusnya bisa berjalan selaras. Media baru sebagai media yang
“membebaskan” penggunanya untuk berbagi informasi secara ekonomis perlu kita
waspadai agar kita tidak terjebak dalam lingkaran plagiarisme serta kesalahan –
kesalahan lain atas kurangnya tanggung jawab terhadap isi media tersebut.
Daftar Pustaka :
Diunduh dari http://www.ojr.org/ojr/people/davidwestphal/200910/1784/. Diunduh tanggal 13 Desember
2011 pukul 19.05
Diunduh dari http://www.infotoday.com/linkup/lud101505-goldsborough.shtml Diunduh tanggal 13 Desember 2011
pukul 19.12
Tidak ada komentar:
Posting Komentar