Febriana Noor Haryanti
11/320233/SP/24954
Desember 2011
I wanted you so bad,
I’m so through with it,
Cause honestly you turned out to be the best thing I never had...
Pantai, senja, sendiri dan hanya ditemani lagu The Best Thing I Never Had seperti sekarang. Moment yang tidak bisa terlewatkan tanpa teringat semuannya, teringat kamu..
Semua yang pernah terjadi bersamamu seolah-olah berputar kembali di depanku. Masih ingat betapa manisnya kamu memperlakukan aku, cerewetnya kamu mengingatkan aku agar makan tepat waktu dan kesalnya aku kalau kamu tiba-tiba muncul dan memaksaku menemanimu. Aku masih ingat, semuanya tentang kamu.
“Nindya, menurutmu gimana? Kamu ngerasa keganggu nggak?”
“Keganggu gimana?”
“Yaa itu.. Aku yakin kamu juga pasti tau kalo temen-temen banyak yang ngomongin hubungan kita. Kamu kayak nggak tau orang-orang aja, nyinyir banget kalo ngomongin orang lain. Kamu ngrasanya gimana sama aku?””
“Hubungan yang mana? Kita temenan doang, kenapa mereka jadi heboh begitu? Gimana gimana sih, Za? Nggak ngerti deh aku..”
“Gini deh, perasaan kamu ke aku kayak gimana? Bukannya aku mau gimana gimana yaa, Nin. Tapi yaa kamu tau sendiri lah, kalo orang deket mesti ntar lama kelamaan ada rasa juga kan?”
“Hahaha apasih kamu Za? Oke deh, aku suka punya temen yang nggak kebanyakan basa-basi kayak kamu gini. Aku pengennya temenan aja sama kamu, nggak lebih. And you?”
“Nahh aku juga nyaman banget temenan sama kamu, Nin. Nggak banyak basa-basi dan menye-menye kayak cewek yang lainnya yang malesin itu. So, kita pure temenan kan??”
“Iyaa.. kita temenan,”
That’s it ! we’re friends, titik. Aku sama Reza, nggak ada hubungan lebih. Reza sebenarnya adalah teman kakakku, aku baru aja mengenal dia ketika kami bertemu dan sama-sama mengerjakan sebuah event yang diadakan oleh EO ternama di Jogja beberapa bulan yang lalu. Semenjak itu kami semakin dekat. Dan selama itu aku merasa dia selalu ada di saat apapun. Dia selalu bisa mencari cara untuk selalu dekat denganku
Kata orang-orang, Reza deket sama banyak cewek. Dan mereka memperingatkan aku seolah-olah takut aku bakal sakit hati sama dia. Easy guys, aku nggak peduli dia mau deket sama siapa aja. Yang penting dia selalu ada buat aku, titik. Aku nggak butuh punya pacar yang pada akhirnya seolah-olah punya wewenang untuk mengatur hidupku.
Terkadang Reza cerita tentang beberapa cewek yang lagi deket sama dia. Biasa aja tuh rasanya, toh dia nggak pernah absen sms aku, nggak pernah ‘hilang’ dari aku. Aku juga sering cerita kepada Reza tentang beberapa cowok yang lagi deket sama aku. Juga tentang kakak angatan yang baru-baru ini memberi perhatian lebih kepadaku.
From : 08561414xxxx
Asik looohh jam segini bangun tidur.. Hahaha
To : 08561414xxxx
Terus ajaaaa ngejeknyaaaa :B kebo ah kamu, tidur mulu..
From : 08561414xxxx
Biarin hahaha udah pulang belom? Makan dulu sana
To : 08561414xxxx
Dr tadi kan aku di rumah. Nggak enak badan.. Ntar ah, males hehe
From : 08561414xxxx
Sakit apa? Makan dulu lah.. Atau aku jemput yaa, kita cari yg anget2 yaa biar cepet sembuh. Km tu kalo nggak dipaksa suka males makan begitu
To : 08561414xxxx
Masih flu sama demam dikit doang. Serah kamu deh..
From : 08561414xxxx
Yaudah, aku jemput yaa.. Tunggu bentar, jangan lupa pake jaket, di luar dingin
Beberapa menit kemudian Reza udah sampai di depan rumah. Aku keluar rumah, dan kami pergi ke tempat makan favorit kami. Ralat, dia lebih tepatnya. Setelah berceramah tentang pola makanku yang nggak teratur dan sebagainya, pesanan kami, 2 porsi Sop Ayam, susu coklat panas untukku dan segelas teh hangat datang. Tidak butuh waktu lama, isi mangkuk Reza sudah kosong. Dia diam, tangan dilipat diatas meja dan memperhatikan aku menghabiskan makananku.
“Apaan sih kamu? Nggak suka dehh lagi makan dipelototin begitu ih..”
“Pantesan nggak bisa gendut. Tenagamu itu habis buat ngomong, Nin. Hahahah,”
“Oke deeehh aku diem yaa,”
“Eeeehh jangan lah.. aku kesepian kalo kamu diem hehe. Udah belom? Yuk jangan lama-lama, kamu lagi sakit,”
“Sakit apaan? Sehat gini kooook,” jawabku ceria.
“Halaaaah udah deh. Yuk, abis ini kamu istirahat. Besok kalo udah sembuh, kita ke pantai deeeh,”
Selalu seperti itu. Dia selalu memberikan perhatiannya. Nggak pernah kurang dan nggak berlebihan. Reza selalu ada, nggak pernah ninggalin aku walaupun sebentar saja. Dia juga selalu inget apapun yang aku pengen, hal sekecil apapun itu. Entah dari mana dia tau hal remeh temeh yang aku tulis di twitter ataupun sekedar bercanda saja. Dia yang paling tau aku suka dengan susu coklat, pantai dan lain-lain.
Siang itu, setelah menjemputku di kampus, Reza mengajakku ke pantai. Membayar janjinya dulu yang dia ucapkan sewaktu aku sakit. Setelah sampai di pantai, dia hanya duduk di pasir pinggir pantai dan memperhatikanku bermain-main dengan ombak. Setelah agak capek, aku berjalan menjauhi air dan duduk di sebelah Reza.
“Nindya..” panggil Reza dengan nada memanggil seorang anak kecil.
“Hmm? Apaan?”
“Kita bisa temenan terus kan?”
“Apaan sih maksudnya? Yaa iyalah kita temenan terus..”
“Hehe yaudah, mastiin aja kalo kamu masih mau temenan sama aku.” Jawabnya santai sambil mengacak rambutku.
“Hmm kalo aku udah nggak mau temenan sama kamu lagi gimana? Kalo aku nggak mau bales smsmu lagi, trus nggak mau jalan bareng sama kamu lagi?”
“Yaa nggak bisa gitu.. Pokoknya harus mau. Kalo nggak mau bales sms yaa aku telfon dong.. Gimanapun caranya kamu nggak boleh ngilang dari aku. Kalo perlu sampe manapun bakal aku ikutin terus, Nin.”
“Idihhh kok lama-lama serem banget sihh kamu, Za? Ckck nggak jadi psycho kan kamu?”
“Aku bisa loooh jadi psycho gara-gara kamu. Hahahaha” jawabnya sambil tertawa. Namun jawaban itu juga menjadi sebuah tanda tanya bagiku. Katanya Cuma temenan? Kok tanya-tanya kayak gitu? Dan kalo nggak ketemu sehariiii aja, pasti uda rewel.
“Berlebihan deh kamu, Za. Katanya Cuma temeeeeenn??”
“Masa sih? Ah enggak ah biasa aja. Yang penting kamu nggak keganggu sama aku kan? Aku kan juga nggak pernah nglarang-nglarang kamu macem-macem. Tapi yang jelaaaas, aku nggak bakal biarin kamu sedih dan kesepian, Nindya.” Kata Reza dengan raut wajah serius. Aku cuma bisa diem, speechless..
“Tau nggak sekarang aku lagi kecanduan apa, Nin?” tambahnya.
“Apaan?? Kamu nggak aneh-aneh lagi kan, Za?” jawabku dengan nada yang mulai meninggi.
“Sabar kenapa sihh? Yaa enggaklah sayaaaaangg.. Aku sekarang kecanduan kamu, dan ini nggak bahaya kok, Hahahaha.”
“Ahh sialan kamu nih. Apaan tuh manggilnya begitu begitu? Nggak suka deeeehh.”
Dia yang paling tau hal-hal apa saja yang bisa membuatku bahagia. Sendiri, senja dan pantai. Namun ketika dia ada di dekatku, aku merasa dia masih membiarkanku sendiri, berbuat apapun yang aku inginkan, namun dia tidak bersedia membiarkanku kesepian. Bahagia yang sempurna sore ini. Pantai, senja dan tentu saja teman terbaikku, Reza.
Setelah melihat cantiknya senja dan matahari terbenam di pantai itu, Reza mengajakku pulang. Motor yang kami naiki melaju pelan memecah sepinya jalanan yang lengang petang itu. Sepanjang perjalanan kami hanya diam. Seakan menikmati momen ini dengan cara masing-masing. Menikmati rasa saling memiliki yang tulus, dengan landasan pesahabatan. Entah kenapa, aku merasa bahwa Reza nggak akan selamanya ada buat aku. Akan ada suatu waktu ketika dia meninggalkanku, ataupun sebaliknya. Tapi aku nggak berani memikirkan hal-hal itu. Aku terlalu takut untuk membayangkan ketika aku tidak bisa lagi bersandar di bahunya seperti saat ini.
Setelah sampai rumahku, Reza langsung pamit pulang. Sebenarnya nggak pulang juga sih. Kebiasaan rutinnya tiap malem nggak pernah di rumah. Dia baru akan pulang sekitar jam 11 malam. Nggak tau juga apa yang dia kerjain sama temen-temennya. Yang jelas, aku bisa memastikan bahwa dia nggak masuk lagi ke dalam kehidupanya yang dulu. Ini juga yang menjadi salah satu alasanku mengapa aku harus tau dia dimana dengan segala macam pertanyaan remeh itu. Hanya untuk memastikan bahwa dia tidak melakukan hal-hal buruk seperti dulu, kecanduan minuman keras dan lain-lainnya.
Jam 22.30 aku mengirim SMS kepada Reza.
To : 08561414xxxx
Pulangnya jgn malem2 banget loh, km tadi seharian belom pulang
From : 08561414xxxx
Siap laksanakan bu komandan sayaaaang :* Sana tidur.. Besok temenin aku futsal bisa kan, Nin? Trus kita makan eskriiiiim :D
To : 08561414xxxx
Apaan sihh?? -____- nggak ah, ntar aja tidurnya.. Hmm aseeeek!! iya deh. Emang km skrg lg dimana?
Sampai satu jam setelah itu Reza nggak bales SMS. Aku pikir ah udahlah, paling lowbatt atau lagi ngapain. Aku pun kemudian beranjak tidur. Pagi harinya, aneh sekali tumben nggak ada SMS dari Reza sama sekali. Biasanya kalau dia sudah sampai di rumah dan aku udah tidur, dia pasti mengirim SMS sekedar mengucapkan selamat malam atau apapun. Kali ini tidak ada.
Namun sampai sore harinya, Reza tidak memberi kabar. Awalnya aku menganggap hal ini biasa aja, tapi aku juga mulai merasa kuatir dengan Reza. Bukan hanya SMS yang tidak dibalas, handphone-nya juga tidak aktif. Tidak lama kemudian, handphoneku berdering. Aku memandang layar handphoneku, telfon dari Sheila, kakak perempuan Reza. Tumben banget mbak Sheila telfon, biasanya kalo ada perlu paling cuma sms..
“Halo, kenapa mbak Sheil?”
“Hmm Nin, kamu sekarang dimana? Ikut aku bentar bisa? Aku jemput ke rumah sekarang yaa..” kata Sheila dengan nada yang sedikit aneh.
“Iyaa aku di rumah kok, emangnya mau ngapain sih, mbak?”
“Nggak papa, ntar aja aku jelasin. Yaudah kamu siap-siap, aku kesitu..”
Tuuuuuttt..tuuuuut....
Telfon tiba-tiba diputus sebelum aku sempat menanyakan Reza. Ah yaa sudahlah, nanti pasti juga tau. Kemudian aku berganti baju dan bersiap-siap. Tak berapa lama, Sheila sudah sampai di rumahku dan menyuruhku masuk ke mobil. Dia menyetir dalam diam, sama sekali nggak ngomong apapun. Namun raut wajahnya terlihat aneh, cemas tapi masih mencoba tenang. Ternyata dia membawaku ke Rumah sakit.
“Kita ngapain kesini? Siapa yang sakit, mbak? Oh iya, Reza mana??” tanyaku memberondong Sheila. Namun dia masih diam. Aku menjadi panik, tidak tau apa yang harus ku lakukan.
Kami sampai di salah satu kamar VIP di Rumah Sakit tersebut. Sheila mempersilahkan aku masuk dengan raut wajah yang aneh dan mata berkaca-kaca. Ketika aku memasuki kamar tersebut, aku tidak percaya dengan apa yang aku lihat. Seorang laki-laki tergeletak tak berdaya di atas ranjang dengan berbagai luka dan alat-alat kedokteran menempel di tubuhnya.
“Nggak.. aku pasti salah lihat. Ini pasti bukan Reza, bukan...” aku berkata sambil terisak. Kemudian setelah itu aku tidak sadar dengan apa yang terjadi. Tiba-tiba semuanya menjadi gelap dan pandanganku kabur, kemudian aku pingsan.
Ternyata semalam sewaktu Reza dalam perjalanan pulang, dia mengalami kecelakaan. Dia masih sempat dilarikan ke rumah sakit sampai akhirnya tidak tertolong lagi. Sheila menolong dan menenangkan aku yang lost control. Dia memelukku dan juga terisak.
Iya.. Reza pergi. Reza ninggalin aku sendiri.
“Kamu bohong, Za.. Kamu bilang kamu nggak bakalan ninggalin aku. Mana es krim yang kamu janjiin tadi malem? Seharian ini aku nggak makan loh, kenapa kamu nggak marah-marah? Kapan kita ke pantai lagi? Kamu bohong, Za !!”
Dan disinilah aku sekarang. Menatap matahari terbenam dalam langit senja yang sangat indah. Sendiri, di pantai ini, seperti yang dulu sering aku lakukan, bersama kamu. Sekarang kamu pergi, kamu hal terbaik yang pernah aku temui. Kamu yang selalu ada, namun nggak pernah aku miliki seutuhnya. Kamu yang datang, dan juga mengembalikan kesendirianku lagi.
I know you want me back
It’s time to face tha facts
That I’m the one that’s got away
Lord knows that it would take another place, another time,
Another world, another life
Thank God I found the good in goodbye
(Beyonce – The Best Thing I Never Had)