Rabu, 09 November 2011

“Sex Tourism” di Indonesia, Daya Tarik Bertaraf Internasional?

#Tugas UTS dasar-dasar penulisan
Yogyakarta, 29 Oktober 2011

Letak astronomis kepulauan Indonesia yang berada di 6o LU- 11o LS menyebabkan matahari bersinar hampir sepanjang tahun. Indonesia juga mempunyai relief dataran yang beragam dan bentang alam yang sangat indah. Negara yang memilki kurang lebih 17.508 pulau ini otomatis juga memiliki garis pantai yang sangat panjang. Bahkan banyak daerah terpencil di Indonesia yang menyimpan kekayaan dan keindahan alam, namun belum bisa terjamah dan dipromosikan sebagai daerah tujuan wisata.
Ketika berbicara tentang pariwisata Indonesia, tentu saja sangat erat hubungannya dengan kebudayaan yang menjadi ciri khas tiap-tiap daerah. Wilayah di Indonesia menurut data dari Departemen Dalam Negeri (edisi Januari 2009) terdiri dari 33 Provinsi dan 497 Kota & Kabupaten. Tiap-tiap provinsi memiliki budaya dan tradisi yang khas. Mulai dari pakaian adat, rumah, makanan, serta ritual-ritual budaya lainnya.
Budaya, kesenian dan obyek pariwisata di Indonesia yang tidak dapat ditemukan di tempat lain menjadi daya tarik bagi turis mancanegara. Maka, dua hal ini menjadi sesuatu yang tidak dapat dipisahkan. Budaya dan kesenian yang ada di Indonesia menarik minat turis asing, dan ketertarikan turis asing memberikan apresiasi bagi budaya lokal dan secara tidak langsung menghidupkan kesenian tersebut.
Dalam perkembangannya, pemerintah Indonesia juga mengandalkan budaya untuk mempromosikan pariwisata Indonesia di dunia Internasional. Kebudayaan juga menjadi ujung tombak dalam hal membina diplomasi antar negara. Syarat penting untuk mendekatkan dua bangsa dan negara yang terikat dalam suatu hubungan diplomatik adalah meningkatkan usaha-usaha untuk mengenal kebudayaan masing-masing. Dengan demikian pengaruh kebudayaan niscaya tidak hanya sepihak saja, melainkan merupakan suatu rangkaian pengaruh yang timbal balik.([1])
Pariwisata Indonesia yang semakin berkembang akan memberikan banyak dampak positif bagi kehidupan masyarakat kita sendiri. Seperti yang dikemukakan oleh Eka Budianta (1993:5), Kampanye besar-besaran untuk memasyarakatkan pariwisata baru dimulai pada awal dasawarsa 1970-an. Saat ini, usaha promosi bidang pariwisata sudah gencar dilakukan oleh pemerintah yang mulai membuat program-program seperti “Visit Indonesia” dan lain-lain.
Pendapatan dari sektor pariwisata terbilang cukup besar. Data dari Badan Pusat Statistik, jumlah perjalanan wisatawan mancanegara di Indonesia pada tahun 2004 mengalami pertumbuhan sebesar 19,1% dibanding tahun 2003. Sedangkan penerimaan devisa mencapai US$ 4,798 miliar, meningkat 18,8% dari penerimaan tahun 2003 sebesar US$ 4,037 miliar([2]). Berdasarkan data dari WTO, Indonesia merupakan negara dengan urutan kedelapan yang dikunjungi oleh 5,064 juta dengan peroleh devisa USD. 5,7 miliar (tahun 2000). Berikut ini merupakan data negara yang menjadi tujuan utama pariwisata di kawasan Asia Tenggara :
Salah satu daerah kunjungan wisata favorit turis mancanegara adalah Pulau Bali yang seringkali dianggap sebagai surga karena keindahannya. Bali juga merupakan daerah tujuan wisata favorit wisatawan China berdasarkan polling yang diadakan 'Beijing People's Broadcasting Station', sejak 25 April 2011, yang menentukan 10 tempat favorit dari 68 nominasi yang ada.
Bali merupakan salah satu daerah favorit karena selain mempunyai keindahan alam, terutama pantai yang indah, juga memiliki kebudayaan yang bernilai tinggi. Namun seiring berkembangnya pariwisata di daerah tersebut, nilai kebudayaan Bali saat ini sudah bergeser dari berciri tenang dan bersahaja menjadi budaya metropolis. Ditandai dengan kehidupan malam dan hingar bingar musik modern yang tidak lagi mencerminkan seni dan keindahan tradisional.
Kehidupan di daerah tujuan wisata lama-kelamaan mengikuti arus permintaan konsumen untuk dapat mengikuti gaya hidup mereka. Kehidupan malam di Bali juga berkembang pesat seiring bertambahnya cafe dan tempat hiburan malam. Dan selanjutnya, tambahan pendapatan negara di bidang pariwisata bukan hanya dari turis asing yang berkunjung ke tempat-tempat wisata, namun juga dari kehidupan malam dan wisata seks yang disediakan untuk mereka.
Menurut U.S. Department of Justice, Criminal Division Child Exploitation and Obscenity Section (CEOS), In 1998, the International Labour Organization reported its calculations that 2-14% of the gross domestic product of Indonesia, Malaysia, the Phillipines, and Thailand derives from sex tourism.([3]) Hal ini juga ditegaskan oleh Catatan ECPAT. Lokasi di Indonesia yang terkenal sebagai lokasi pariwisata seks adalah Bali, Batam, bagian utara pulau Bintan, dan Lombok. Setiap tahunnya, ada sekitar 3.000 wisatawan asal Singapura dan Malaysia yang datang ke Batam untuk melakukan pariwisata seks.
Di wilayah Jawa Barat juga banyak turis asing, terutama berkebangsaan Arab yang menikmati wisata seks dengan menikahi wanita setempat untuk jangka waktu tertentu kemudian ditinggalkan. Wanita-wanita itu diberi uang 3-6 juta rupiah sebagai mahar, jumlah yang besar bagi mereka, namun merupakan jumlah yang sangat kecil bagi turis-turis tersebut.
Lokalisasi yang paling terkenal di Indonesia tentu saja Gang Dolly di Surabaya. Bahkan tempat ini merupakan lokalisasi terbesar di Asia Tenggara, mangalahkan Patpong di Thailand dan Geylang di Singapura. Ada wacana yang menyebutkan bahwa Gang Dolly akan dimasukkan sebagai salah satu daerah tujuan wisata bagi turis mancanegara di Surabaya.
Di Pulau Bali sendiri, wisata seks sudah sangat terkenal. Ketika saya berkunjung ke Bali dan berjalan-jalan di sekitar Pantai Kuta, di sepanjang jalan terdapat banyak sekali bar dan tempat hiburan malam. Memasuki daerah Legian, di kanan-kiri jalan banyak terdapat cafe dan di depannya banyak sekali wanita muda yang menjajakan diri kepada para turis asing. Miris sekali melihat pemandangan seperti ini ditengah tersohornya Indonesia, terutama Bali sebagai daerah wisata dengan budaya yang tinggi.
Film yang berjudul “Cowboys in Paradise” yang disutradarai oleh pria asal Singapura keturunan India, Amit Virmani menceritakan tentang gigolo yang banyak terdapat di pantai Kuta, Bali. Film ini menjadi sebuah kontroversi baru. Ia membuat film ini berdasarkan pengalamannya bertemu seorang anak Bali yang bercita-cita sebagai gigolo. Bagi turis mancanegara sendiri, Lelaki Kuta sudah sangat terkenal.
Para polisi banyak melakukan razia terhadap gigolo di Panta Kuta terkait munculnya cuplikan Film tersebut. Seperti yang dilaporkan oleh Globalpost.com, The recent arrests, on the island of Bali, coincided with the release of a documentary on the resort's "gigolos." The film, "Cowboys in Paradise" — which contains candid interviews with local men and the foreign women who fall for them — had gone viral on the internet but has since been removed from the official website by its makers.([4])
Pada kenyataannya, banyak sekali turis mancanegara, terutama perempuan yang mengakui bahwa gigolo pantai Kuta menjadi daya tarik wisata di Bali. Namun, warga Bali yang menjadi pemeran film “Cowboys in Paradise” mengaku merasa ditipu oleh sang sutradara dan berniat menggugat Amit Virmani atas film yang ia buat.
Tersohornya wisata seks di Indonesia yang juga ikut berperan menambah pendapatan devisa negara menjadi sebuah masalah baru. Bila hal ini diberantas dan kehidupan malam di tempat-tempat wisata serta lokalisasi ditutup, tidak menutup kemungkinan bila pariwisata Indonesia juga akan redup. Kekuatan moral yang baik di masyarakat dan peran kebijakan pemerintah sangat diperlukan untuk menghadapi degradasi moral anak bangsa terkait akulturasi budaya yang terjadi dalam industri pariwisata.

Daftar Pustaka
Budianta, Eka. 1993. Menggebrak Dunia Pariwisata. Jakarta : Puspa Swara.
Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri. 1983. Diplomasi Kebudayaan. Jakarta.
Walker, R. J. B. 1984. Culture, Ideology and World Order. Colorado : Westview Press.
Nair, Sowmnia. Child Sex Tourism. http://www.justice.gov/criminal/ceos/sextour. html. Diunduh pada 29 Oktober 2011 pukul 14.41 WIB
Nirwandar, Sapta. Pembangunan Sektor Pariwisata di Era Otonomi Daerah. http://www.budpar.go.id/filedata/440_1257PEMBANGUNANSEKTORPARIWISATA1.pdf. Diunduh tanggal 31 Oktober 2011 pukul 21.17 WIB.
FreyaFemale sex tourism: for love or money?. http://www.globalpost.com/dispatch/general/100421/sex-tourism-jamaica-prostitution Updated October 7, 2010 16:03.
Ramadhanny, Fitraya. Pendapat Sutradara Film 'Cowboys in Paradise' Tentang Bali. Senin, 26/04/2010 15:26 WIB. Terarsip di : http://www.detiknews.com/read/2010/04/26/152600/1345668/10/pendapat-sutradara-film-cowboys-in-paradise-tentang-bali. \
Santosa, Setyanto P. 2002. Pengembangan Pariwisata Indonesia. 14 Februari 2002. Archieved at : http://kolom.pacific.net.id/ind/setyanto_p.santosa/ artikel_setyanto_p._santosa/pengembangan__pariwisata__indonesia.html.
Setiawan, Putu.Pemeran “Cowboys in Paradise” Bantah jadi Gigolo. 28April 2010 pukul 12:47. Terarsip di http://showbiz.liputan6.com/read/274596/ pemeran-cowboys-in-paradise-bantah-jadi-gigolo.
Setyanti, Christina Andhika. Wisata Seks. 18 Oktober 2011 pukul 18:46 WIB. Terarsip di http://female.kompas.com/read/2011/10/18/18461637/70.000. Anak.Indonesia.Terjebak.Eksploitasi.Seks.
Diunduh dari http://www.depdagri.go.id/basis-data/2010/01/28/daftar-provinsi. Kamis, 28 Januari 2010 14:21:38 WIB.
Diunduh dari http://www.indonesia.bg/indonesian/indonesia/index.htm diunduh pada 31 Oktober 2011 pukul 23.10 WIB.
Diunduh dari http://www.metrotvnews.com/read/news/2011/06/17/55017/Bali-Tujuan-Favorit-Wisatawan-China-. Kategori Nasional. Jumat, 17 Juni 2011 13:46 WIB.
Diunduh dari http://metrotvnews.com/read/news/2011/09/14/64683/Kehidupan-Metropolis-Geser-Budaya-Bali-. Kategori Sosbud. Rabu, 14 September 2011 03:37 WIB.



[1] Badan Penelitian dan Pengembangan Departemen Luar Negeri.1983. Diplomasi Kebudayaan. Jakarta. Hal. 3
[3] Sowmnia Nair. Child Sex Tourism. http://www.justice.gov/criminal/ceos/sextour. html.
[4] Freya PetersenFemale sex tourism: for love or money?. http://www. globalpost.com/dispatch/general/100421/sex-tourism-jamaica-prostitution

Tidak ada komentar:

Posting Komentar